أَوَّلُ ما خَلَقَ اللهُ نُور نبيِّكَ يا جابِرُ!
“Makhluk
yang pertama kali diciptakan adalah cahaya Nabi-mu, wahai Jabir!”
Hadits ini juga sangat populer, terutama di kalangan ahli khurafat dan
ahli tashawwuf, yang seringkali mengucapkan sanjungan-sanjungan berlebihan
kepada Nabi yang kita yakini seyakin-yakinnya bahwa beliau shallallahu
alaihi wa sallam tidak ridha dengannya.
Perhatikanlah bersamaku ucapan dari penulis Dalaa’il
Al-Khairaat[1]:
اللهم زده نورا على نوره الذي خلقته منه
“Ya
Allah, tambahkanlah dia cahaya di atas cahaya yang telah Engkau cipatakan
darinya.”
TIDAK ADA ASALNYA. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menegaskan
bahwa hadits ini adalah dusta berdasarkan kesepakatan Ahli Hadits.[2]Demikian juga
ditegaskan oleh Syaikh Sulaiman bin Sahman.[3] As-Suyuthy
juga menegaskan bahwa hadits ini tidak ada sanadnya.[4]Demikian juga
Jamaluddin Al-Qasimy[5] dan
Muhammad Rasyid Ridha[6], keduanya
menegaskan bahwa hadits ini tidak ada asalnya.
Anehnya, sebagian orang yang mempromosikan hadits ini
menisbatkan hadits ini pada Mushannaf Abdurrazzaaq[7], padahal ini
hanyalah sekadar omong kosong belaka yang tidak ada kenyataannya. Karena
ternyata yang benar ini hanyalah dibuat-buat oleh tokoh-tokohtashawwuf seperti
Ibnu Araby, Ibnu Hawaih dan Al-Bakry.[8] Maka
janganlah Anda tertipu!
Abdullah Al-Ghumairy[9] berkata
dalam risalahnya Mursyid Al-Haair li Bayaan Wadh’ Hadiits Jaabir, “Menyandarkan
hadits ini kepada Abdurrazzaq merupakan suatu kesalahan, karena tidak ada dalam
Mushannaf-nya, Jami’nya, maupun Tafsir-nya! Hadits ini jelas maudhu’ (palsu)
dan di dalamnya terdapat istilah-istilah tashawwuf. Sebagian orang sekarang
membuat sanad hadits ini dan menyebutkan bahwa Abdurrazzaq meriwayatkannya dari
jalur Ibnu Munkadir, dari Jabir. Semua ini adalah dusta dan dosa.
Kesimpulannya, hadits ini munkar, palsu, dan tidak ada asalnya dalam kitab-kitab
hadits.”[10]
Dari segi matan, hadits yang sangat populer ini adalah bathil.
Demikian juga semua hadits yang menegaskan bahwa Nabi Muhammadshallallahu
alaihi wa sallam diciptakan dari cahaya adalah bathil, ditinjau dari
beberapa hal:
Pertama: Hal itu bertentangan dengan ketegasan Allah
dan Rasul-Nya, yang menegaskan bahwa Nabi Muhammad adalah manusia biasa.
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌۭ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ
إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ
“Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah Tuhan Yang Esa".” (Q.S. Al-Kahfi: 110)
Kedua: Bertentangan juga dengan hadits:
خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ
مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
“Malaikat diciptakan dari cahaya, Iblis diciptakan dari api
yang menyala-nyala, dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan pada
kalian.”[11]
Hadits ini secara jelas menunjukkan bahwa hanya Malaikat
yang diciptakan dari cahaya, bukan Adam dan anak keturunannya.[12]
Ketiga: Keyakinan ini hanyalah ucapan sebagian ahli khurafat dan
orang-orang sufi yang tidak ada asalnya. Ucapan yang bathil dan
kedustaan belaka.[13]
Bahkan, kalau kita telusuri ternyata keyakinan ini adalah
hasil pemikiran filsafat Plato yang pada dasarnya menjurus kepada keyakinan wihdatul
wujuud (bersatunya hamba dengan Allah). Karena menurut mereka: manusia
tercipta dari cahaya Muhammad. Dan Muhammad tercipta dari cahaya Allah. Dengan
demikian, maka mereka adalah suatu bagian dari Allah.[14]
[1] Lihat
kembali tulisan Ust.Abu Ubaidah As-Sidawy tentang kitab ini, “Menyorot
Kitab Dalaail Khairaat”, dalam Majalah Al-Fur’an, edisi 11, tahun V/1427 H.
[7] Seperti
yang dilakukan oleh Dr. Isa bin Abdullah Al-Himyary dalam kitabnya Juz
Al-Mafquud min Al-Juz Al-Awwal min Mushannaf Abdirrazzaaq, taqdimi Dr.
Muhammad Sa’id Mamduh Al-Mishry. Kitab ini telah dibongkar kedustaannya secara
ramai oleh para ulama masa kini. Lihat penjelasannya dalam Difaa’ an
An-Nabiy wa Sunnatihi Muthahharah, oleh Muhammad Ziyad bin Umar At-Tuklah, cet.
Daarul Muhaddits.
[8] Lihat An-Nuur
Al-Muhammady baina Hadyi Kitaab al-Mubiin wa Ghuluww Al-Ghaalliinoleh Addaab
Mamduh Al-Himsy.
[9] Kami
kutip ucapan beliau karena ada sesuatu yang unik. Ia adalah seorang yang
menggeluti ilmu hadits sekaligus pengagum Tashawwuf. Syaikh Muhammad Alwi
Al-Maliky memujinya, “Al-Allaamah, Al-Fqih, Ahli Hadits Maghrib, bahkan Ahli
Hadits dunia.” (Mafaahim Yajibu an Tushahhah, hal. 19). Jadi, yang mendustakan
hadits palsu ini bukan saja para ulama Ahlus Sunnah, tetapi tokoh-tokoh
Tasawwuf sendiri mengakuinya, seperti Abdullah Al-Ghumairy, Ahmad Al-Ghumairy,
Abdullah Al-Habsyy, Hasan As-Saqqaf, Abdul Fattah Ghuddah dan lain-lain. (LihatDifaa’
an As-Sunnah, Muhammad At-Tuklah, hal 105-107)
[10] Lihat
secara lebih luas tentang hadits ini dalam risalah Tanbiih Al-Hudzdzaq ala
Buthlaani Maa Syaa’a Baina Al-Anaam min Hadiits Nuur Al-Manshuub li Mushannaf
Abdirrazzaaq, oleh Ahmad Abdul Qadir Asy-Syinqithy, taqdim Syaikh
Abdul Aziz bin Baaz, An-Nuur Al-Muhammady oleh Addab Mahmud Al-Himsy, Difaa’
An An-Nabiy oleh Syaikh Ziyad At-Tuklah, Khashaaish Mushthafaa baina
Al-Ghuluww wa Al-Jafaa’, Dr. Shadiq Muhammad, hal. 77-104, Al-Qaul
Al-Fashl fi Hukm Al-Ihtifaal bi Maulid Khair Ar-Rasuul, Syaikh Ismail
Al-Anshary, II/703-714, Majalah Al-Furqan, edisi 8/tahun 7/1429 H.
[14] Lihat: Khashaa’ish
Mushthafa, Dr. Shadiq bin Muhammad, hal 89-92, dan Al-Haqiiqah
Al-Muhammadiyyah Am Al-Falsafah Afluthiyyah, oleh Ayidh bin Sa’ad Ad-Dusary.
--------------------------------------------
Dari kitab SadurHadits-hadits Dha'if Populer, karya Abu
Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi, Media Tarbiyah, cet. ke-3, Desember 2011
Ditulis ulang dengan sedikit perubahan oleh Hasan Al-Jaizy